Thursday, December 27, 2012

Note from March, Part Deux

Another note from March, just blabbering about some shits :D

5/9/2012

Traveling.
Sampai saat ini subjek di atas sering gw tempatkan di bagian “interest” kalo ngisi data pribadi di social network. Agak menipu sebenernya kalo gw bilang gw cinta travelling. Selama ini jalan-jalan menarik yang pernah gw lakukan toh juga karena kerjaan. Atau at least jalan-jalan bareng keluarga dan teman. Tapi memang, gw akui gw sangat menikmati travelling. I can lost for hours wondering some new streets, searching for popular sites, or just sitting in the corner of a park and watching the people and culture.
Mungkin kesenangan berjalan-jalan ini dimulai dari sejak gw kecil. Papa lumayan sering ngajak anak2nya liburan keluar kota, terutama ke pulau Jawa. Hampir semua sarana transportasi saat itu sudah gw coba. Naik pesawat, kapal penumpang, kereta, bus umum, dokar/andong, bahkan naik mobil keliling Jawa jg sudah gw jabanin. Sayangnya keluarga gw itu ga melek dokumentasi, jadi bisa dibilang gw ga punya bukti banyak tentang jejak2 traveling itu.
Dulu sewaktu sekolah, kendala terbesar adalah uang. Namun setelah bekerja, kendala utama adalah waktu. Jatah cuti yang hanya 2 minggu dalam setahun terlalu sedikit. Belum lagi kendala pola pikir. Berat keluar dari zona nyaman jg jadi masalah besar loh. Padahal setelah bekerja tentu dana hanya menjadi masalah kecil, karena paling tidak gw bisa sedikit menabung untuk dana travelling. Makanya, saat masih bekerja di Jakarta, gw sangat menikmati tugas2 keluar. Kemana aja ayo. Nginap dibayar, uang makan ada, apa lagi? Tugas kantor selesai, berarti waktu jalan2 dimulai.
Sekarang traveling sedang menjadi tren. Ntah kapan dimulai, tiba2 semua orang begitu gandrungnya jalan2. Sama seperti tren kamera, gadget, dan menyelam (ya, bahkan menyelam pun sekarang menjadi tren), traveling seolah2 jadi menu wajib bagi siapa saja saat ini. Backpacker, istilah baru untuk para traveler bermodal cekak, dana minim tapi pengen jalan2 JBuku-buku tentang tujuan wisata dan serba-serbinya dijual dimana-mana, dan peminatnya membludak. Ada banyak tipe buku semacam ini, mulai dari detil perjalanan, tempat tujuan wisata, itinerary, sampe bahkan blog atau catatan si traveler pun dibukukan.
Alasan setiap orang melakukan traveling pasti berbeda-beda. Ada yang memang cinta mati ama traveling, pagi siang malam ga jauh pikirannya tentang jadwal pesawat murah, ada yang emang pengen kabur dari kejenuhan hidup, ada juga yang sekedar ingin eksis dan tampil memamerkan kemampuannya traveling kemana-mana. Dan gw rasa jenis terakhir inilah yang jumlahnya paling besar. Coba kita lihat, jenis2 terakhir ini biasanya paling aktif memposting foto2 liburannya di social network. Nah sekarang hitung berapa temen2 kita yang kelakuannya kaya gitu. Banyak jg ya? Ya, gw akui, gw jg termasuk disini J. Sadar atau tidak, manusia memang perlu pengakuan dari sesamanya. Untuk kasus traveling ini, tentu pengakuan dari teman sekitar, “wah keren jg lo dah nyemplung di Wakatobi” atau “anjir, foto lo di Westminster Abbey keren banget bro” atau “man, kapan2 ajak2 gw ya kalo jalan ke Bali lagi”. Semuanya adalah tendensi untuk meminta pengakuan, pujian, bahkan secara ga sadar membuat kita bernilai lebih dari mereka. 
Sayang banget kalo uang yang kita keluarkan demi jalan2 itu, hanya berakhir dengan tujuan “pengakuan”. Lebih2 lagi, sekedar numpang eksis. Traveling can be so much more than that. Membuka wawasan, belajar tentang budaya lain, persahabatan, and the most important for me: trying to understand that we’re not the only human in this world. Bumi Allah ini sangat luas, dan kita bukan satu2nya penghuni yang berhak atas semuanya.  Dunia ini terlalu luas bagi kita untuk menjadi sombong. Banyak hal yang kita tidak tahu, dan banyak hal yang kita tidak mengerti, dan semuanya itu ga akan bisa kita sadari kalo kita hanya berhenti di tempat, tidak bergerak kemana-mana.

PS: out of context from this blast from the past note, saat ini sedang excited dengan kamera baru, Fuji X10,setelah dengan amat sangat menggerutu nenteng D80 kemana-mana selama di Roma, so kamera yg ramping dikit is desperately needed. And also super excited and terified at the same time untuk pergi liburan (lagi) ke Barcelona sabtu ini... maaan..

1 comment:

eve said...

Setuju.. Travelling itu supposed to be soul journey instead.

Interesting point of view.

Post a Comment