Monday, June 30, 2014

RI-1

Mau tidak mau, akhirnya gw ngerasa perlu utk menulis paling tidak sekelumit apa yg gw pikirkan mengenai Pilpres kali ini. Hanya ada 2 pilihan, Prabowo sang mantan jendral atau Jokowi sang gubernur. Gw ga kenal keduanya (pastinya). Jadi apapun yg gw tulis disini mengenai mereka berdua, murni adalah pendapat pribadi, berdasarkan logika, dan berdasarkan semua hal yg gw dapat dari berbagai sumber.
Mengenai sumber informasi, sulit untuk mencari mana yg benar saat ini. Beberapa media2, jelas menampakkan keberpihakan pada calon2 tertentu, dengan porsi pemberitaan yg tidak berimbang, negative campaign bagi salah satu calon dll. Jadi sangat tidak layak bila informasi2 yg berasal dari media2 itu dijadikan rujukan kebenaran yg mutlak. Semuanya bisa dipelintir. Sejarah kita saja bisa tiba2 berubah (apa malah semakin ga jelas). Apalagi kalo dah kenyang ama berbagai teori konspirasi, pasti dah pada hapal gaya2 begini.
Anggaplah, agar adil, sumber2 informasi tersebut benar semua. Maka jelas, kedua calon bukan lah orang baik seperti yg didengung2kan masing2 timses/pendukungnya. Dua2nya punya sederet kesalahan yg dituduhkan pernah dilakukan di masa lalu. Gw coba mention disini kasus2 utama saja. Untuk Prabowo, kasus yg paling memberatkan, dan paling sering diungkit2, adalah keterlibatannya dalam penculikan aktivis tahun 1998. Akan panjang diskusi mengenai kasus ini. Yg pro akan bilang sudah ada pengadilan, terbukti tidak terlibat, korban dari politik saat itu dll. Yg kontra akan bilang perlu pengadilan HAM, masih ada korban penculikan yg hilang, dalang utama penculikan dll. Kalo mau berimbang, silakan cari versi masing2, versi Prabowo sang penjagal, dan versi Prabowo sang penyelamat situasi. Lihat mana yg lebih masuk akal. Dari sisi Jokowi, gw terus terang ga tau kasus mana yg tergolong berat yg dituduhkan ke Bapak ini. Dibanding kasus Prabowo, kasus Jokowi relatif kurang nampol, sehingga relatif terlihat lebih baik. Korupsi bus Transjakarta? Berbagai proyek mandeg di Jakarta? Ada lagi gitu? Tidak terlalu banyak memang, tapi kalo semua itu benar, maka dia pun tidak sebersih yg kita kira.
Menarik jg utk bicara orang2 di belakang calon2 ini. Masih jelas gw ingat seorang Wimar Witoelar mempost sebuah gambar seorang calon, bersama para pendukung, dgn tagline yg cukup provokatif. Ck3, calon sebelah jg tidak sebersih itu juga kali bro. Di belakang Prabowo, banyak nama tenar dari kalangan dunia “hitam” hehehe. Yg paling nampol menurut gw ya dua orang ini: ARB dengan lumpur lapindo dan Hattarajasa sang cawapres dgn kasus anak emasnya. Sementara di belakang Jokowi, sama saja. Ada Megawati dgn kasus BLBI/Indosat, ada Wiranto dgn kasus Mei 98. Sama aja toh, the rise of evil jg kalo sama2 naik. Ini belum bicara isu2 dukungan negara asing, konglomerat2 jahat di masing2 kubu loh ya. Apalagi kalo dah nyinggung agama, bueh, bisa holy war nih disini (at least di dunia maya).  Timses dan pendukung keduanya jg sama, sama2 ada yg baik dan kreatif, ada jg yg setannya kelewatan. Timses Prabowo terlihat lebih terstruktur, seragam. Sementara Jokowi terkesan berantakan, tidak padu. Bagi sebagian orang, keberantakan pola kampanye dari tim Jokowi ini dinilai sebagai bukti keberagaman. Entahlah, bukan poin penting jg buat gw.
So, dua2nya sama2 punya potensi yg baik, sekaligus yg buruk. Dua2nya sama2 masih menarik utk dipilih. Sekarang pertanyaanya, seiring waktu pencoblosan yg semakin dekat, pilih yg mana? Disini lah penilaian dan standar masing2 orang berbeda.
Banyak orang akhirnya berpaham “pilihlah yg lebih sedikit mudaratnya” atau “pilihlah yg lebih sedikit keburukannya”. Tapi, seperti yg gw tulis di awal tadi, gw ga kenal dan ga pernah berinteraksi langsung dgn kedua orang ini. Dan media sudah gw coret sebagai sumber terpercaya. Maka dari itu, tidak ada yg bisa gw percaya lebih baik selain akal dan intuisi gw sendiri. Satu2nya cara paling sederhana buat gw untuk menilai kepribadian masing2 capres, adalah dengan menonton acara debat capres. Siaran langsung di TV, sehingga kita bisa liat langsung bagaimana cara masing2 calon bersikap terhadap masalah maupun kepada saingannya.
Poin pertama, buat gw presiden itu harus mempunyai wibawa, baik dalam perkataan dan pembawaan. Susah ngomong ‘wibawa’, gada definisi jelasnya. Tapi buat gw, selama debat capres Prabowo lebih berwibawa daripada Jokowi. At least di dalam bayangan gw, seandainya ada dialog antar pemimpin negara di sebuat acara internasional, Prabowo akan nampak lebih cemerlang dibanding Jokowi.
Kemudian gw ga terlalu peduli dengan kejelasan program dan misi2 realistis masing capres: program kartu ini itu, kebocoran anggaran, dll. Seandainya gw yg maju jadi capres, hal2 seperti gitu gampang saja, asal visi sudah jelas dan ada orang2 pintar yg ahli di bidangnya sebagai back up, dimana gw yakin semua ada di belakang masing2 calon. Siapa saja bisa bikin program2 keren. So gw lebih peduli hal2 kecil, yg menurut gw penting dalam penilaian karakter dua orang ini. Contohnya, sampai debat terakhir yg gw tonton, jelas terlihat Jokowi seringkali menampilkan gestur dan mimik menyepelekan, atau bahkan merendahkan lawannya. Ngeye’ kalo kata orang. Definitely not the kind of attitude of a great leader. Dan bahkan sempat terlontar beberapa kali pertanyaan2 yg langsung menyudutkan (bahkan menurut gw jelas menunjuk ke pribadi) kubu Prabowo dan Hatta, baik keluar dari Jokowi sendiri ataupun dari JK. Lagi2, ini bukan attitude pemimpin yg baik. Seandainya mereka yakin menang, dan yakin sudah memiliki performa yg cukup baik, maka tidak perlu sama sekali mengeluarkan pernyataan2 rendah seperti itu.
Jadi sampai dengan tulisan ini dibuat, hanya dengan 2 alasan itu saja gw sudah cukup yakin untuk tidak memilih Jokowi-JK. Tidak lantas berarti Prabowo adalah pilihan yg paling bersih dan tanpa cacat. Hanya saja dari kriteria gw tadi, kubu Prabowo adalah pilihan terbaik yg ada selain kubu Jokowi. Itu saja, sesimpel tidak ada pilihan lain yg lebih baik. Jikalau ada calon ketiga, keempat, dan seterusnya, tentu lain lagi ceritanya. Masalah apakah Prabowo setelah menjadi presiden akan menjadi pemimpin yg adil dan membawa kesejahteraan nantinya, kita liat 5 tahun kedepan. Demikian pula seandainya Jokowi yg menang pada pilpres kali ini, apakah benar semua janji dan programnya akan terlaksana dengan baik, kita tunggu 5 tahun mendatang. Yang jelas, pada akhirnya semua akan terbukti, apakah semua janji akan ditepati ataukah kita kembali menjadi orang bodoh yg tertipu.Mudah2an Allah senantiasa melindungi bangsa ini dari kehancuran. 

Saturday, February 15, 2014

Beralas Kotak Kardus

Ini note lama, bulan Desember 2 tahun lalu. Saat masih terdampar di Paris. Catatan pendek tentang perjuangan sebuah barang yg bernama keimanan.

+++

Pertama kalinya dalam hidup gw, solat dilaksanakan dengan sembunyi2. Bersama2 orang2 asing pula. Ruangan kecil itu, yg mana sebenarnya adalah ruang kerja untuk 2 orang, dipenuhi jamaah kecil yang datang dari 3 negara di 2 benua. 6 orang dengan latar belakang negara, pendidikan dan usia yg berbeda, berbaur menjadi satu, demi sebuah ketaatan kepada penciptanya. 

Miris melihat praktiknya. Kami harus sembunyi2 melaksanakan solat. Solat di lantai ruang kerja, tanpa alas, ada yg bersepatu, dengan posisi shaf yg sangat terbatas. Lampu ruangan dimatikan, dan pintu dikunci dari dalam, demi menghindari kepergok pekerja lain. Miris, karena sebenarnya negara ini negara maju, negara yg mengajarkan kebebasan. Namun ternyata bahkan untuk menjalankan perintah agama saja, seseorang masih harus bersembunyi karena ketidaknyamanan. 

Alhamdulillah, Allah menentukan gw untuk dibimbing seorang muslim dalam training kali ini. Hal yg sudah gw sangka sebenarnya, dari namanya. Seandainya tidak, tentu akan ada perjuangan yg lebih dari pada ini dalam menunaikan kewajiban agama. 

Betapa beruntungnya kita yg hidup di Indonesia. Negara yg katanya mayoritas dihuni oleh muslim. Mau solat dimana aja gada yg larang, bebas sebebasnya. Mau adzan senyaring2nya jg gada yg larang, sapa yg berani :) Bebas seperti itu saja aja masih ada yg meninggalkan, apalagi dalam keadaan susah seperti saudara2 muslim di negeri yg gw kunjungi ini. Salut atas keteguhan hati mereka dalam menjalankan perintah agama. Mudah2an Allah memberikan jalan kemudahan secepatnya kepada mereka. 

Satu hal lain yg memberi kesan mendalam dari kejadian ini yakni saat persaudaraan dan persahabatan dengan mudah dimulai dengan kalimat "Assalam mu'alaikum" :)

Wednesday, January 29, 2014

Brand New Year

Its been a while since the last time I wrote here. Guess what for the last post? Last year resolution. My God,  one year already??? :D So here and back again...

+++

Mungkin hampir setahun dah ga sempat nulis apa2 disini. Harap maklum lah ya, alasannya sih klasik, sibuk. Pret. Ntah kenapa kerjaan datang silih berganti. Sekalinya ada waktu, gw jd dah lupa ada blog ini. Disibukkan dgn hal2 "penting" lainnya, hahahaha. Tapi kalo boleh jujur, memang tidak ada hal2 yg extra ordinary yg bisa gw tulis jg sih. Well, ada sih... tapi bukan porsi publik begini (sok iye lu Dang, macam blog ini dibaca banyak orang aja). 
Anyway...  Ok, gw coba rekap, sekaligus napak tilas kali ya (eh itu sama aja ya artinya wkwkw), setahun belakangan ngapain aja.
Pertama, punya pacar (hihui). Setelah melalui pencarian panjang, wkwkwkw, akhirnya gw ketemu jg seseorang yg "pas". Ibarat puzzle, setiap "lekukan" kita itu pas. Kalo orang nanya, kenapa harus dia, I'd rather say "I don't know, feels like I don't need to find the reason". Banyak hal yg ga bisa gw pahami tentang kehidupan, dan kenapa gw merasa dia adalah "the one" termasuk kedalamnya. Rasa, menurut gw adalah bagian terpisah dari logika, jadi kalo kita memaksa untuk mendefinisikan rasa, ga ketemu jg ujungnya. Kecuali klo gw seorang filsuf, bisa jadi ada definisinya. Well, alhamdulillah I'm not :) Mungkin ini yg namanya kesejiwaan, suatu konsep pasangan yg dulu pernah gw baca. Kesejiwaan muncul bukan karena daya tarik fisik dan materi, tapi karena hal lain yg tidak bisa didefinisikan manusia. Semuanya berjalan dengan sendirinya, seiring waktu berjalan. Bersamanya jg mungkin termasuk alasan kenapa blog ini tidak terjamah, hehehe. Tapi kemudian menjadi alasan jg sekarang kenapa blog ini terjamah kembali. Ternyata dia menggemari tulisan pacarnya (hihihi, jadi malu). 
Kedua, akhirnya gw bisa beli rumah. Setelah mengatung-ngatung menunggu pinjaman kantor yg sangat menggiurkan itu (nol persen sodara2), ternyata kandas akibat persaingan. Alasan ngenesnya, gw kalah persaingan dgn para pegawai yg sudah berkeluarga. Ngok. Yowes, setelah menimbang2 ketersediaan dana, kemungkinan harga properti yg terus meningkat, dan kemungkinan untuk dapat pinjaman kantor yg tipis, gw putuskan bulat utk segera membeli rumah lewat KPR. Proses pencarian ini ternyata lumayan seru. Awalnya tentu gw harus mencari rumah yg ideal dgn kriteria. Mulai dari lokasi, bentuk rumah, lingkungan dan tentu saja... HARGA. Setelah muter2 sana sini ke berbagai perumahan, liat brosur pengembang ini itu, buka website properti sampe bosen, malah akhirnya gw ketemu rumah pilihan gw ga jauh dari kontrakan saat itu. Hanya beda satu blok sodara2. Alhamdulillah semua cocok, lingkungan gw suka, rumah masih bagus (meski second), harga masih nego (dan dapet bonus furnitur), blm lagi si pemilik rumah cukup baik dan kooperatif. So, next step, cari KPR. Dari awal gw sudah berniat, KPR syariah saja. Intinya gw cmn ambil poin ketenangannya saja. Gw rasa ini pilihan yg menenangkan. Ga perlu rasanya gw jelaskan mengenai riba dan hal2 berbahaya mengenai perbankan konvensional, bisa browsing masing2. Intinya cuman satu, hati dan logika gw mengatakan KPR syariah adalah pilihan terbaik saat ini. Jadi, setelah menimbang2 berbagai produk KPR syariah dari berbagai bank yg ada di Balikpapan, gw mutusin buat ambil KPR di sebuah bank syariah (merk ga usah disebut, gw ga dapet bayaran buat iklan :p). Sekedar saran, klo mo pilih produk KPR, jangan terkecoh dengan persentase nilai yg ditawarkan. Minta simulasi real berapa rupiah cicilan perbulan, lalu bandingkan. Jangan lupa minta jg perhitungan biaya2 yg termasuk selama proses, seperti admin, biaya notaris, pajak dll, masukkan dalam perbandingan. Dari situ baru keliatan angka2 yg lebih nyaman untuk dipahami. Singkat cerita, KPR tembus, transaksi lancar dan tabungan utama gw hampir ludes buat bayar DP. Tapi endingnya, gw punya investasi jangka panjang berupa properti. Tidak terlalu besar, namun sesuai dgn kebutuhan gw saat ini. Klo ada yg mo tanya2 tentang seluk beluk prosesnya, bisa japri aja ntar (kalo ada... which is meragukan :D).
Ketiga, I finally start to workout seriously. Klo diinget2, beberapa tahun lalu dah sempet gw singgung2 ya. Apa daya, comfort zone itu mematikan sodara2. Alhamdulillah kemalasan itu akhirnya berhenti beberapa bulan lalu. Tepatnya saat demam OCD melanda negeri ini, hahaha, ya gw korban Dedy Corbuzier. Pada prakteknya, yg gw lakuin adalah kombo intermittent fasting (IF) dan weight lifting. Nanti deh besok2 gw post sedikit detil ttg prosesnya gimana. Intinya, gw heran jg ternyata gw bisa konsisten di jalur ini. Gada rasa malas blas. Yg ada malah semangat dan semangat. Tiada hari tanpa mikirin weight lifting (agak lebay emang, padahal harusnya mending gw pake zikir :D). And pelan2 tapi pasti hasilnya mulai keliatan (dikit tapi nongol, apa coba). Apa? Minta bukti? Ntaaaar, kalo badan dah cukup pede buat masuk body contest baru gw post (kalo PEDE). Sekarang masih cupu, meski dah mendingan dibanding sebelum mulai nge-gym. 

+++

Hmmm.. kayanya cuma tiga poin itu aja gw bisa gw recall dari memori. Gila, ga banyak jg ternyata yg gw lakuin tahun kemaren.
Tanpa mengecilkan momen2 yg terjadi tahun kemaren, gw rasa gw melewatkan banyak hal. Fotografi benar2 sudah terlupakan. FOto2 narsis, atau jepret2 santai sambil jalan2 ga masuk itungan. Yg masuk itungan itu, gw moto dgn niat emang buat moto. Take picture, edit, post. Never done that anymore I guess. Last time was when I travel to Bali with my girlfriend. Thats it. I miss it. Which remind me of the next subject...
Travelling. Sama saja ini. Tidak ada travelling menantang seperti yg biasa gw lakukan sebelumnya. Menjelajah daerah baru, hunting lokasi dan informasi, wisata kuliner. Hanya travelling ke Bali terakhir kemaren saja bersama pacar yg masuk itungan (yeah, with new company, and we visit several new places). Then after that, zero, none, nada. Ya gw sadari, kendalanya adalah di uang. Hahahaha, akhirnya gw jadi korban materialis, dimana uang menjadi halangan. Memang sebenarnya tidak perlu disesali sih, sebab dana memang terbatas, mengingat gw perlu dana besar saat itu utk rumah. Yg gw agak sesalkan adalah ketakutan2 gw utk mendobrak keterbatasan itu. Uang harusnya tidak menjadi masalah, selama gw masih bisa mencari jalan lain alias alternatif utk travelling dgn budget minim. Tapi sayangnya, gw juga sepertinya terjebak dgn zona nyaman, yg ntah gimana hubungannya menimbulkan kecenderungan untuk susah "hidup susah", hahaha. Ngok.
Sekarang gw kembali ke titik kebosanan. Standar ya perputaran hidup gw. Exciting at some point, bored at the rest of it. Rutinitas itu mematikan kawan. Baik dari kerjaan maupun ritme hidup harian (bangun-makan-kerja-pulang-nonton-tidur). Stuck, and I really need refreshment. And yes I know, I know the recipe already. 
So these are my recipes, termasuk sebagai resolusi tahun ini: 
1. Travelling. Target gw masih sama, Tokyo. Most likely there will be another places to visit before that as my girlfriend is also a travel junky, but the main target is the same. Biar ga jauh2 dari target tahun lalu, list tahun ini: Derawan, Belitung atau Manado. Either one of them, or three all together. Optimis!
2. Keep pumping the barbel. Ritmenya masih bagus, konsisten. Target jangka menengah 4 bulan kedepan. Patokannya waktu dulu, soalnya masih agak ragu jg hasil bentukannya ntar jadi gimana. Jangka panjangnya full year workout. Kayanya sih kalo full year 2014, Januari tahun depan dah pede ikut body contest (mimpi dulu boleh lah ya) wkwkwkwk....
3. Married. Ya, ending dari sebuah keseriusan, yg sebenarnya merupakan awal utk perjalanan yg selanjutanya. Merit itu salah satu keputusan berat dan penting dalam hidup. Why suddenly I decided to get married? Well, I found the right girl already, plus I can picture myself growing old and raise a family with her. Nuff said. So, tunggu tanggal mainnya, TBA :D Her presence in my life, hopefully will become my everlasting refreshment (aamiiiin)
4. Menekuni dunia foto kembali. Bagian ini sebenarnya berkaitan erat dengan travelling, namun tidak selalu sih. Bisa2 aja hobi ini jalan tanpa travelling jauh2. Optimis masih ada spot2 tak terjamah di dalam kota, selain itu ada jg street fotografi yg bisa gw ambil nyaris tanpa biaya. Kamera ready, tinggal mental aja yg belum ready :) Target, paling tidak ada 5-10 foto cantik yg publish di forum. 
5. Mencoba berdagang, atau bisnis deh bahasa kerennya. Ini jg pilihan menarik sebagai alternatif rutinitas. Ada beberapa ide yg udah bapuk ditumpuk kelamaan, ga jadi2 direalisasikan. Yg paling logis dan sesuai minat saat ini ada dua, yaitu ini dan itu. Malu ah disebut, nanti aja klo sukses. Intinya yg perlu dikejar saat ini, belajar bidang terkait dan cari relasi secepatnya.
Demikian. Dan seperti yg biasa gw sebut2, gw selalu percaya dengan kekuatan cita2 dan harapan, karena most likely keduanya termasuk bagian dari doa. Kalo ga percaya, liat tulisan2 gw sebelumnya. Hey, dua target gw tahun kemaren tercapai loh, alhamdulillah.
Jadi bismillah, mudah2an tahun ini menarik, menyenangkan, dan penuh berkah.