Thursday, December 27, 2012

Note from March

A promised, this is one of my notes on March I guess...


5/2/2012

Well it’s been a long time since I wrote here J. Couple things change. I’m not living in Jakarta anymore, not working in Baker anymore. I’m moving to Balikpapan, working at Total now. Have nice new friends, and, well, let say, new life.
Jakarta terlalu menyesakkan buat gw. Kemacetan, kerasnya pergaulan, stres. Kayanya tiga hal itu yang menjadi faktor utama kenapa gw merasa tidak nyaman dan sangat berniat meninggalkan kota Jakarta. Tentu, ada banyak hal yang indah di Jakarta. For sure, I’m gonna miss those malls, semua gadis super terawat yang berseliweran di dalamnya, teman-teman lama gw, dan berbagai pilihan aktivitas yang beragam dan masa kini. Wajar, Jakarta ibukota negeri ini, semua fasilitas lengkap tersedia. Tapi, toh pada akhirnya semua itu tidak cukup membuat gw betah tinggal disana.
Until this very moment, I still can’t imagine how I’m supposed to live, if I stay in Jakarta. Seandainya gw mampu beli rumah suatu saat nanti, dengan perkiraan kemampuan beli, rumahnya sudah pasti jauh dari tempat beraktivitas. So waktu sudah pasti jadi musuh. Di perjalanan, kemacetan dan seluruh dinamika kehidupan di dalamnya pasti jadi makanan sehari2. Waktu gw mungkin hanya habis di jalan. That’s just too much for living in the so called “kota metropolitan”. Terlalu banyak yang dikorbankan, korban diri sendiri, korban keluarga, mungkin anak menjadi kurang perhatian, apalagi istri (kurang jamahan :D).
Balikpapan adalah salah satu dari sekian jawaban. Kota yang tidak terlalu besar, tapi cukup apik tertata. Silakan mengatakan selamat tinggal kepada kemacetan, karena semacet2nya jalan disini, paling cuma membuat lo telat ke citos 10 menit, asumsi pergi dari simpang cilandak J. Tempat makan enak banyak, mall meski tidak banyak jumlahnya namun cukup lah menurut gw. Cineplex juga ada, film2nya pun juga sangat up to date, ga kalah dengan premier di kota2 besar lain. So that’s it. Alasan-alasan itu aja sudah cukup membuat gw bertahan di Jakarta sampai beberapa saat yang lalu, apalagi hanya untuk bertahan di Balikpapan. Belum lagi faktor keluarga, I can visit my parents even more often now, since its only 2.5 hours from here!
Pada akhirnya, gw salut kepada kawan-kawan yang masih betah dan rela hidup di Jakarta dengan segala kesulitannya. Butuh kesabaran, energi dan ketangguhan ekstra untuk bertahan. Tapi kawan, dari hati yg paling dalam, gw terpaksa mengundang untuk bertanya, is that really worth it? Seandainya kalian juga setuju dengan gw, maka percayalah bumi Allah ini luas, rejeki tinggal dijemput dengan berusaha. Jadi jangan takut untuk berkelana. Kesempatan itu tidak harus selalu ditunggu, tapi juga harus dicari. Mudah2an jalan terbaik selalu diberikan oleh-Nya untuk kita semua.

1 comment:

eve said...

Sama banget kak. Gw juga gak pernah abis pikir dengan orang2 yang masih bersikeras hidup di Jakarta. Haha. Ayok kita sukseskan program transmigrasi!

Post a Comment